Cyber Safe Kids, News

Cyber Safe Kids! Kolaborasi IWCS dan BSSN untuk Literasi Digital Sejak Dini

Yogyakarta – Di era digital yang semakin canggih, anak-anak telah menjadi pengguna internet yang aktif sejak usia dini. Mulai dari mengerjakan tugas sekolah, bermain game, hingga bersosialisasi di media sosial, dunia maya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Namun, di balik kemudahan dan kecanggihannya, internet juga menyimpan berbagai ancaman seperti cyberbullying, penipuan online, hingga kebocoran data pribadi.

Menyadari pentingnya melindungi generasi muda dari bahaya dunia digital, Indonesia Women in Cyber Security (IWCS) bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) meluncurkan program Cyber Safe Kids! melalui Gerakan Literasi Keamanan Siber (GELITIKS). Program ini bertujuan menanamkan kesadaran keamanan digital sejak dini dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Mengapa Anak-Anak Rentan Terhadap Ancaman Siber?

Anak-anak dan remaja termasuk kelompok yang paling rentan menjadi korban kejahatan siber.

“Anak-anak sangat pintar dalam menggunakan teknologi, tetapi mereka masih perlu bimbingan untuk memahami risiko di baliknya.” Menurut Eva Noor, Ketua IWCS.

Beberapa ancaman yang sering dihadapi anak-anak di dunia digital antara lain:

  1. Cyberbullying – Perundungan melalui media sosial atau platform digital lainnya.

  2. Akun Palsu dan Penipuan – Maraknya predator online yang menyamar sebagai teman sebaya.

  3. Hoaks dan Deepfake – Konten palsu yang dibuat menggunakan AI untuk menipu pengguna.

  4. Kebocoran Data Pribadi – Kebiasaan mengunggah informasi sensitif tanpa disadari berbahaya.

Rikson Gultom dari BSSN menegaskan bahwa literasi digital harus dimulai sejak dini. “Inisiatif seperti Cyber Safe Kids! sangat penting karena anak-anak adalah pengguna internet yang aktif tetapi belum sepenuhnya memahami risiko yang mengintai,” ujarnya.

Belajar dengan Metode Interaktif dan Menyenangkan

Agar materi mudah dipahami, Cyber Safe Kids! dirancang dengan pendekatan teatrikal dan interaktif. Dalam waktu sekitar satu jam, peserta diajak menyimak berbagai skenario nyata di dunia digital, seperti:

  • Bagaimana mengenali akun palsu?

  • Apa yang harus dilakukan jika mengalami cyberbullying?

  • Mengapa tidak boleh sembarangan mengklik link dari sumber tidak dikenal?

“Acara ini beda dari biasanya. Kita diajak mikir, main, dan bisa tanya bebas soal internet,” ujar seorang siswa kelas 7 dari SMP di Yogyakarta.

Target 70 Sekolah di Seluruh Indonesia

Program ini merupakan bagian dari inisiatif IWCS bertajuk Perempuan Pelita Digital, yang bertujuan meningkatkan literasi digital di kalangan anak-anak dan remaja. Hingga akhir 2025, IWCS menargetkan program ini dapat menjangkau 70 sekolah di berbagai wilayah Indonesia.

Eva Noor menambahkan bahwa anak-anak bisa menjadi agen perubahan dalam keluarga. “Mereka bisa mengedukasi orang tua atau saudara tentang pentingnya menjaga privasi dan keamanan di internet,” ujarnya.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua dan Guru?

Selain program dari IWCS dan BSSN, peran orang tua dan guru juga sangat penting dalam menjaga keamanan digital anak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Mengawasi aktivitas online anak tanpa melanggar privasi mereka.

  • Mengajarkan cara membuat password yang kuat.

  • Membiasakan diskusi terbuka tentang pengalaman mereka di internet.

Dengan kolaborasi antara lembaga, sekolah, dan keluarga, diharapkan generasi muda Indonesia dapat menggunakan internet secara cerdas, aman, dan bertanggung jawab.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *